Berhubung besok bagian sy ngisi taklim ibu-ibu tentang tsaqofah, maka sy berjuang bangun pagi untuk bisa membaca ulang dan menuliskan isi e-book ini, sebagian.
Jreng... Mari kita mulai ...
The Author / Penulis
John Medina.
John Medina adalah seorang ahli biologi molekular, yang mempunyai ketertarikan besar pada penelitian tentang genetika dan pengaruhnya bagi gangguan kejiwaan. Dia juga seorang kosnsultan pribadi, atau konsultan pemecah masalah bagi industri ataupun lembagai penelitian umum yang memerlukan seorang ahli genetika yang memiliki pengalaman dalam memecahkan masalah mental. Medina juga pendiri dari Talaris institute, yang berlokasi di Seattle dekat dengan University of Washington. Sebuah lembaga yang meneliti tentang proses molekular, sel, dan perilaku pada janin.
--INTRODUCTION--
E-Book keren ini dibuka dengan salah satu kalimat yang menarik perhatian saya,
"Having a first child is like swallowing an intoxicating drink made of equal parts joy and terror, chased with a bucket full of transitions nobody ever tells you about"
Terjemahan bebas versi saya dibantu mbah gugle,
"Memiliki anak pertama seperti meminum minuman yang memabukan, perpaduan antara kebahagiaan yang membuncah yang bercampur dengan kekhawatiran yang begitu besar. Berkejaran dengan sekeranjang penuh perasaan yang sulit dideskripsikan, dan tak ada seorang pun yang pernah menyampaikan/mengajari padanya tentang hal tersebut sebelumnya."
Yup! Thats right. Bercampurnya perasaan antara senang, bahagia, khawatir, gugup, takut salah dan lainnya. Sementara tak ada kursus sebelum melahirkan yang bisa menggambarkan perasaan ini beserta tips-tips anti galau untuk menangkalnya. Katakanlah ada kursus parenting sebelum melahirkan, tentu dengan tips2 merawat anak. Tentu saja sedikit banyak itu akan membantu. Namun tetap saja keadaan sesungguhnya lebih 'heboh' dan juga banyak hal lain yang unpredictable yang terjadi ketika si buah hati itu lahir. Lha apalagi kalau kita hamil, melahirkan dan mendidik anak tanpa ilmu, akan lebih gonjang-ganjing lagi perasaan kita. betul ndak?
Ok.. lets continue to the next section...
*Guayaaa pake bahasa inggris ^__^
-MITOS - MITOS tentang Otak Bayi-
Yup bagian ini menerangkan tentang mitos yang beredar luas mengenai otak bayi. Penyebaran informasi melalui media masa, blog, nasihat orang tua, tetangga, teman dan kawan-kawan, yang biasanya tidak diiringi dengan fakta, just an advice turun temurun. Katanya.. katanya... begitu lhooo :).
Nah si om John ini kemudian bilang, "The great thing about science is that takes no sides- and no prisoners."
Maksudnya, berpeganglah pada science karena ilmu pengetahuan itu bebas dari keberpihakan dan tekanan. Artinya, setiap saran yang diberikan kepada kita harus kita cross-check dengan ilmu pengetahuan terkini. Ketika kita mencari sumber ilmiahnya maka kita bisa memilih saran yang tepat dan terhindar dari mitos. Karena hasil penelitian itu baru bisa dipublis atau dibukukan setelah melalui literatur review (kajian pustaka) yang mendalam, lalu diiringi dengan tes/uji sample. Bahkan beberapa penelitian harus melalui seleksi ilmiah yang ketat sebelum akhirnya berhasil di publikasikan. Kalau pun toh ternyata salah atau data tidak cukup menunjang, biasanya tidak berapa lama kemudian ada hasil penelitian lain yang mengoreksi kesalahan tersebut. Jadi insyaAllah hasil riset ini bisa lebih kita percayai dari sekedar katanya.. katanya...
*ooo jadi sebagai ibu-ibu juga harus gape baca jurnal, dan memilih jurnal mana yang capable dan tidak.. eeeuuu ternyata bukan mahasiswi saja yang harus berjumpa dengan jurnal ya .. ^__*
Jom kita bahas isu eh mitos apa saja yang beredar di masyarakat...
1. Memperdengarkan musik Klasik (salah satunya Mozart) kepada janin di dalam rahim, akan meningkatkan kemampuan matematikanya di maa depan.
*Heuheu.. ini mah iklan pisan. Iklan susu formula/susu ibu hamil di Indonesia, Malaysia biasanya
ada adegan si ibu lagi memperdengarkan musik klasik ke janinnya ^__^
Memang benar, bayi akan mengingat apa yang didengar, dicium, dan dirasa ketika masih di dalam rahim. (Tentang hal ini akan dijelaskan di bagian "Babies remember"). Tapi Om John ini bilang hal ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan matematika. Kalau pengen anaknya pinter matematika, maka ... ajarkanlah impulse control di masa awal perkembangannya. Apakah impulse control itu? Nah hal ini akan diicarakan di bagian "Self Control". So kita skip dulu sampai saya selesai baca halaman 105 ya! :)
2. Sering-seringlah menonton film dengan bahasa tertentu, maka kemampuan anak terhadap bahasa tersebut akan meningkat!
Sebenarnya, kata si Om John ini, DVD /film justru akan mengurangi kemampuan berbahasa anak (penjelasan di halaman lain). Memang benar kalau banyaknya kata yang bervariasi ketika kita berbicara pada bayi akan meningkatkan kemampuan IQ dan berbahasanya. Tapppiiii yaa.. itu harus dilakukan dengan komunikasi langsung. Real!. Person to person. Not between DVD and your baby. Makanya kita harus cerewet dan banyak omong sama bayi kecil. Memang tampaknya dia cengengesan saja, tapi sebenarnya dia menangkap lebih banyak dari yang kita sadari.
3. Untuk meningkatkan kekuatan otaknya, Anak perlu belajar bahasa Prancis sejak usia 3 tahun. Serta ruangan yang dipenuhi dengan mainan yang "brain friendly' (merangsang otak-pen), serta koleksi DVD yang bermuatan pendidikan.
Hal terbaik untuk meningkatkan kemampuan otak anak adalah, sekotak kertas kosong, satu kotak penuh krayon, dan 2 jam waktu untuk bermain. Artinya biarkan anak explorasi dengan lingkungannya. Bermain! Merangsang kreatifitasnya.
Hal terburuk untuk otak yang diberikan oleh orangtua kepada anak adalah TV!
So, mari ajak kita bermain dan mengeksplorasi dunianya.
4. Mengatakan secara kontinyu pada anak bahwa dia adalah anak yang pintar, akan meningkatkan percaya dirinya.
Kenyataannya, terlalu banyak pujian akan membuat anak malas mengerjakan sesuatu yang penuh tantangan. Jika ingin anak anda cerdas, maka pujilah atas usaha yang telah dilakukannya. Sehingga ia tersemangati untuk menaklukan tantangan-tantangan yang lainnya.
Aaah jadi inget artikel dari Scientific America Mind tentang "Bagaimana mendidik anak agar Jenius." Kurang lebih isinya sama.
5. Anak-anak akan menemukan kebahagiaannya sendiri.
Mempunyai teman, adalah kebahagian yang luar biasa. Jadi, bagaimana agar anak mempunyai teman dan mampu menjaga pertemanan yang sudah dimilikinya? Yaitu dengan menjadi anak yang mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.Intinya melatih kepekaan dirinya. Skil ini bisa terasah. Salah satunya dengan mendengarkan musik, atau kalau boleh saya terjemahkan adalah seni. Seni ini mampu meningkatkan 50% kekepekaan pribadinya.
Nah itu dulu d! Kalau kepanjangan gak asyik juga bacanya. Cape!
Semoga akan ada tulisan-tulisan berikutnya dari e-book ini ya.
Ingat ingat, ikatlah ilmu dengan menulisnya!
No comments:
Post a Comment