Wednesday, 1 December 2010

wanita di belakang panggung

seperti itulah cita-citaku dulu, hiruk pikuk di belakang panggung
dan kedepan saat pertunjukan telah usai, tepuk tangan bergemuruh ataupun tidak ...
meskipun kelihatan narsis, sebenarnya itu sebuah kamuflase akan rasa tidak percaya diri yang begitu besar ...

begitupun dalam kehidupan keluarga,
menjadi wanita di belakang panggung, mengantar suami dan buah hati menuju sukses dunia akhirat..
meskipun sering terselip keinginan untuk menjadi seorang tokoh, seseorang yang diperhitungan dan tampak berdaya guna bagi sekitarnya,
namun keinginan itu hanya sesaat, sering tenggelam ketika menyadari besarnya rasa tidak percaya diri dalam hati dan juga mengukur kemampuan yang tak seberapa...

menjadi wanita di belakang panggung, namun tetap berkontribusi, tentu bisa kan?
bukankah sebuah bangunan itu memerlukan pasir agar kokoh dan tegak berdiri..
tidak semuanya menjadi jendela, gagang pintu, daun pintu dan semua yang tampak indah oleh mata...
pasir itu tetap bagian penting dalam bangunan kokoh itu...


-Mas... Adek ingin menemanimu, mengantarkanmu dan buah hati kita menjadi seseorang ...-

14 comments:

  1. subhanalloh.. smoga Alloh beri kemudahan tuk wujudkan harapan dan cita ya mbak.. amiin..

    so swiiit deh, jadi terharu.. @_@

    ReplyDelete
  2. dalam da'wah dan keluarga da'wah... kadang kita tidak punya hak untuk "memilih" apakah akan dibelakang panggung. atau di depan panggung.. kita harus "rela" ditempatkan dimanapun :)

    asal tidak di luar panggung dan jadi penonton aja yah :D

    ReplyDelete
  3. heuheeeeeeuuuy deudeuuuh....
    rugi pisan atuh pami janten penonton atanapi di luar panggung mah ...

    gak boleh milih ya? tapi bukannya pemimpin yang baik itu harus mengenali muyul pasukannya ..:p

    *heuheu ^__*

    ReplyDelete
  4. iya, tp pasukan yg baik jg harus mau belajar supaya bs melakukan hal hal baru sesuai kebutuhan..ha..ha..maxxa.. :p

    ReplyDelete
  5. Rela janten pasir, abdi mah milih janten bata ah, heuras ongkohna :D. Cita-cita yang sama eta teh *nurutan wae nya* :p, ngan kadang teh meni hese geuningan jadi indung & istri yang baik dan benar sesuai impian teh :((, alah jadi curhat beginih. Kumaha kabarna Ceu Wafa & Ai utun ?

    ReplyDelete
  6. saleresna mah teu keukeuh janten pasir, kiasan we...
    intina mah, karena sadar potensi diri yang tidak bisa tampil, maka ingin menjadi bagian yang tersembunyi tapi tetap berkontribusi ...hehe...

    Leres Teh, rela ge sok sering sedih...ambek kuciwa ka diri sendiri, kumargi teu acan tiasa janten Ibu sareng istri anu shalihah .. hiks hiks...

    Alhamdulillah ceu Wafa sareng Ai Utun insyaAlloh damang, Ceu Wafa na insyaAlloh ngantosan pisan kehadiran si Ai Utun.. sok ekting ngajak ameng si Ai Utun hehehe ..:D

    ReplyDelete
  7. tapi kan hasil belajar yang maksimal kalo sesuai dengan bakat dan passion..:p
    *lebih maxa lagi... hahaaaaaaaaaaay... I miss u teteh.. mari kita bayangkan ngobrol seperti dulu lagi ..:D

    ReplyDelete
  8. luhur pisan tujuanmu Neng La...dan memang seharusnya seperti itu ya? bisa mengantarkan keluarga ke sukses di akhirat :)

    ReplyDelete
  9. 'beradu' argumen dengan mu..hiks..hiks.. Sesuatu yg tak pernah tergantikan :(

    ReplyDelete